Pamanda HM Thahar Mas

Oleh: Muhammad "Hariswan" Syahruddin
Pamanda kami tercinta, HM Thahar Mas Bin Mas Muhammad, telah berpulang ke rakhmatullah pada hb 03 September 2008 yang baru lalu, setelah mengarungi perjalanan panjang kehidupannya di alam fana ini selama kurang lebih 89 tahun. Dengan kepergian beliau, maka para sesepuh kita dari garis keturunan eyang putri kami “Hajjah Marliyah” yang berjumlah 7 orang bersaudara sekandung yang dalam hierarchi keluarga merupakan generasi ke 4 daripada keturunan HAJI RAIS, kini seluruhnya telah tiada.

Ayahanda kami, allahyarham Syahruddin Bin Mas Muhammad (1917-1971) yang merupakan putra tertua dari tujuh bersaudara (Pa’ Long), yang oleh adik-adiknya dipanggil dengan panggilan mesra “Kang Mas Sahar” dari semenjak remaja mempunyai hubungan yang sangat istimewa dengan adindanya HM Thahar. Menurutkan cerita pamanda kami yang lain (Mashuri Minhad), Konon di mana ada “Kangmas Sahar”, di sana pasti ada “Mas Thahar”. Maklum usia beliau berdua hanya terpaut lebih kurang dua tahun sahaja.

Salah satu tradisi baik yang diajarkan oleh ayahanda kami adalah mengekalkan tali silaturahim dengan cara saling berkunjung ke rumah para paman dan bibi/ma’cik kami yang lain. Setiap kali beliau mempunyai waktu luang atau cuti, maka secara bergiliran selalulah kami diajak berkunjung ke rumah salah satu daripada adik-adiknya yang ada di kota lain. Namun entah mengapa..., sepanjang yang kami ingat, intensitas kunjung-mengunjungi ke tempat tinggal pamanda kami HM Thahar jauh lebih sering dibandingkan ke rumah adik-adik beliau yang lain. Saking seringnya kami dulu berkunjung ke rumah paman HM Thahar di jalan Beruang-Medan Sumatra Utara, maka hubungan kami dengan seluruh putra-putri belia benar-benar mesra tak ubahnya saudara sekandung dan meskipun kami dan para sepupu putra putri paman HM Thahar saat ini tinggal berjauhan tempat namun hubungan itu masih terus berlanjut hingga saat ini dan insya Allah akan terus berkekalan sampai akhir hayat dikandung badan.

Pamanda kami HM Thahar Mas adalah figur seorang ayah yang sholeh, taqwa, qanaah dan wara’.

Beliau senantiasa menanamkan nilai-nilai pendidikan agama dan moral kepada para putra putrinya. Hampir sepanjang hidupnya beliau abdikan untuk memakmurkan mesjid serta melakukan amal sholeh semata-mata mengharapkan ridhla Allah SWT.

Beliau memperlakukan kami para kemenakannya tak ubahnya seperti anak sendiri sehingga dengan “kepergian” beliau kami benar-benar merasa sangat kehilangan! Bagi kami semua, pamanda HM Thahar bukan hanya sekedar paman tapi sejak ayahanda kami wafat lebih dari 37 tahun lalu beliau benar-benar kami anggap sebagai pengganti ayahanda kami. Setiap kali salah satu anggota keluarga membutuhkan kehadiran seorang wali, maka beliau akan selalu berusaha hadir untuk kami semua. Bahkan sampai di hari-hari menjelang kepergiannyapun, beliau masih mengusahakan untuk dapat berada di tengah-tengah kami meskipun kesehatannya sendiri sudah mulai agak terganggu. Pendek kata, setiap kali kami membutuhkan kehadirannya, sepanjang itu memungkinkan, hampir dapat dipasitkan beliau akan selalu ada!

Pesan beliau yang senantiasa diulang-ulang kepada kami para anak cucu dan kemenakannya bahkan hingga saat menjelang kepergiannya adalah “Jangan pernah meninggalkan shalat”!

Khusus kepada saya, beliau berwasiat: “setiap kali nanda ber-istighfar, jangan lupa untuk memohonkan ampunan bagi kedua orangtuamu maka beristighfarlah dengan membaca- Astaghfirullahal azhiim li waliwali dayya wa atuubu ilaiih..., sehingga setiap kali nanda memohon ampunan Allah, maka pada saat bersamaan dosa kedua orangtuamu insya Allah juga akan di ampuniNYA, karena do’a anak yang sholeh untuk kedua orangtuanya pasti akan di-ijabah oleh Allah SWT.”

“Selamat jalan” wahai pamanda terkasih kami semua, dan meskipun pada zahirnya saat ini pamanda tak lagi duduk bercengkrama bersama kami semua, namun didalam hati sanubari kami yang terdalam, pamanda akan selalu ada”.

Allahummaghfirlie zunubi waliwali daina warhamhuma kama robbayani syaghiraa....

Allahuma Yaa Allah yaa Arhamaarrahimiin, sayangilah pamanda kami sebagaimana beliau menyayangi kami sekalian. Lapangkanlah quburnya..., dan tempatkanlah beliau kelak di maqam tertinggi di syurga Adn bersama-sama para aulia, syuhada dan para kekasihMU sekalian.....

Allahumma yaa Allah yaa Ghafurrurahiim, ampunilah segala dosa yang mungkin tiada sengaja pernah beliau lakukan semasa hidupnya dan hapuskanlah seluruh catatan dosanya serta gantilah semuanya menjadi catatan amal kebaikan semata dan taqdirkanlah agar kelak di yaumil akhir..., beliau akan menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan!.

Allahuma yaa Allah yaa Mujibassa’iliin, kabulkan doa kami ini!

Amin yaa Rabbul ‘alamiin.....

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Foto di atas adalah foto terakhir yang sempat kami rekam semasa hidup pamanda HM Thahar Mas. Hari itu, 3hb Ogos 2008 adalah hari di mana kanda HM Saihan mengadakan majelis "cukuran" cucu ke tujuhnya di kediaman keluarga, di kawasan Bintaro Jakarta. Majelis itu sangat istimewa karena dihadiri oleh keluarga dari tanah seberang; yakni kanda H. Zulkifli Zahari & Kak Eshah yang membawa serta hasil cetakan terkini silsilah keluarga Haji Rais.

    Selesai Marzanji & Marhaban untuk si kecil, kami semua, anak-anak, kemenakan, cucu, menantu dan beberapa orang tamu duduk sangat santai di atas lantai beralaskan karpet di beranda rumah sambil bersenda gurau dan berbual-bual tentang silsilah keluarga.

    Di antara senda gurau kami itu salahsatunya adalah upaya mengajak paman untuk coba mengenali foto tua di mana terlihat beberapa orang saudaranya yang terlihat masih remaja berdiri mengapit kakek kami Mas Muhammad. Bagian yang mengundang gelak tawa kami semua adalah gambar seekor kambing yang terlihat ikut pula "bergaya" bersama anggota keluarga di dalam foto itu.

    Lebih seru lagi tawa kami ketika sambil berkelakar ramai-ramai membantah keyakinan paman yang sudah susah payah berusaha mengenali satu-persatu saudara-saudaranya sehingga meskipun tidak tampak kejengkelan di wajahnya, namun sangat mungkin saat itu beliau berkata di dalam hati; "Eh, ini kan saudara-saudaraku, sudah barang tentu aku lebih mengenal mereka dibandingkan dengan kalian!"

    Hari itu, di samping untuk si kecil, salahsatu doa yang kami panjatkan bersama ke hadirat Allah SWT di dalam majelis adalah permohonan untuk kesembuhan bagi paman yang masa itu sudah terlihat mulai kurang sehat.

    Kami tidak pernah menyangka bahwa persis 1 bulan kemudian, tepatnya pada 3hb September 2008 ternyata beliau berpulang ke rachmatullah. Kepergian seorang ayah, uwak, paman, kakek dan buyut tercinta yang sudah semestinya diikhlaskan, namun tak dapat kami pungkiri telah membuat kami semua merasa sangat kehilangan!

    Beliau adalah sumber ilmu tempat kami boleh belajar, sumber cerita keluarga di mana kami boleh bertanya, sumber kerendahan hati di mana kami dapat merasakan pengganti kehangatan kasih sayang seorang ayah, sosok yang sejak kami kecil dulu sudah sering disebut-sebut Bapak sebagai salahseorang saudara yang sangat dibanggakannya.

    Selamat jalan pamanda tersayang.
    Kami mohon agar segala kesalahan yang pernah kami perbuat kepada paman selama ini, baik sengaja maupun tidak, dapat paman maklumi dan maafkan.

    Beristirahatlah dengan tenang, karena tiada keraguan sedikitpun di hati kami bahwa hal itu sudah sejak lama dijanjikan Allah SWT kepada paman.

    WE LOVE YOU!

    Cium tangan dari jauh dan doa kami semua.
    Putra-putri Syahruddin Mas Muhammad.



    {Disalin ulang dari tulisan asli pada Minggu, September 07, 2008}

    BalasHapus