Membuat Silsilah Keluarga


Hanya sebagai referensi, berikut adalah tulisan mas Teguh Santosa perihal bagaimana caranya mengetahui silsilah keluarga:

Ada beberapa alasan mengapa orang ingin mengetahui asal-usul keluarganya. Kebanyakan orang memiliki alasan karena sekedar ingin tahu asal-usul keluarga mereka. Tapi ada juga yang ingin menuntut hak warisan secara legal.

Beberapa orang ingin menemukan bukti bahwa keluarganya masih keturunan bangsawan, atau Raja. Ada juga beberapa orang yang ingin mencari keluarganya yang terpisah karena perceraian atau karena perang. Beberapa contoh, neneknya dahulu menikah dengan warga Belanda namun pada tahun 1940-an si kakek kembali ke negeri Belanda, lalu sang anak ingin mengetahuhi asal-usul kakeknya. Seorang anak yang sejak kecil diasuh oleh orang lain ketika dewasa ingin menemukan kembali asal-usul keluarganya.

Membuat silsilah keluarga tidaklah mudah, karena diperlukan kerja keras yang profesional, waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Data yang dikumpulkan sangatlah banyak, terutama bila menghendaki silsilah keturunan hingga beberapa generasi. Cara kerja yang dilakukanpun hampir mirip dengan seorang ahli sejarah yang mencoba menggali informasi-informasi yang tersembunyi, juga dengan cara-cara penyelidikan layaknya seorang detektif.

Data yang sangat banyak perlu diolah menggunakan komputer, tidak jarang pekerjaan ini harus dilakukan dengan menyewa beberapa ahli bidang-bidang tertentu. Beberapa data sekitar tahun 1900-an mungkin bisa diperoleh dari koleksi koran Belanda dari jaman dahulu. Catatan tentang pejabat, Bupati dan Raja-Raja di tanah jawa juga harus dicari di negeri Belanda. Catatan tentang para Abdi Dalem keraton Solo dan Yogya bisa jadi masih tersimpan di keraton.

Bagi warga Amerika agak mudah untuk mencari data-data leluhur, karena catatan sipil sudah ada sejak ratusan tahun. Begitu juga di gereja. Biasanya ada catatan tentang anggota jemaat mengenai kapan dilahirkan, dibaptis, pemberkatan pernikahan, dan kapan meninggal. Banyak kendala yang mungkin akan dihadapi, terutama bila leluhur bukanlah seorang tokoh legendaris sehingga tidak ada cerita dari mulut ke mulut yang beredar di masyarakat di mana leluhur pernah tinggal, terutama leluhur dari generasi sebelum tahun 45.

Untuk leluhur dari beberapa generasi sebelumnya diperlukan data-data cerita sejarah dan cerita masyarakat setempat karena sangatlah sukar untuk mencari data-data resmi dari pemerintah, keraton, kolonial (mesti pergi ke negeri Belanda) kecuali leluhur kita meninggalkan catatan-catatan atau dokumentasi para leluhur.

Data-data yang perlu digali
  • Informasi dari keluarga atau ahli waris.
  • Foto-foto Keluarga.
  • Surat-surat seperti: Surat nikah, Surat Kematian, Ijasah, Akte, Catatan Kesehatan, dll.
  • Informasi dari kerabat, pembantu, tetangga, dll.
  • Menggali informasi tentang tempat tinggal, sekolah, tempat bekerja, terutama tempat dimakamkan. Misalnya leluhur tidak diketahui nama ayahnya, setelah mengunjungi makam leluhur maka akan ditemukan makam-makam lain yang barangkali kerabat atau orang tua bahkan makam kakek buyutnya.
  • Menggali data dari instansi pemerintah (misalnya: Kalurahan, Kabupaten, Keraton, atau Kerajaan Belanda)
  • Mengumpulkan buku-buku sejarah.
  • Mengumpulkan cerita-cerita dari masyarakat setempat.
  • Mengumpulkan dan mempelajari beberapa Silsilah Keluarga milik orang lain.
  • Konsultasi dengan ahli sejarah.

Beberapa kendala yang biasanya dihadapi
  • Sumber informasi sudah sangat tua, sehingga sukar untuk mengingat masa lalunya.
  • Sumber informasi sudah meninggal dunia.
  • Leluhur Tidak meninggalkan catatan-catatan atau dokumen.
  • Nama seorang Leluhur berubah-ubah. Masyarakat jaman dahulu ketika masih kecil punya nama kecil, setelah dewasa memiliki nama dewasa, ketika dianggat menjadi Pejabat (Abdi Dalem Raja) juga akan memperoleh nama baru. Ketika kedudukannya berubah maka juga akan memperoleh nama baru. Nama yang dikenal masyarakat biasanya nama julukan (nama selaku Pejabat)
  • Leluhur bukan seorang pejabat atau bangsawan dengan kedudukan tinggi sehingga informasi mengenai dirinya sangat sulit diperoleh. Untuk jabatan Bupati masih bisa ditelusuri dari sejarah kabupaten.
  • Alamat, kondisi, kepemilikan, peruntukan, Lokasi sumber informasi telah berubah (misalnya: dahulu makam keluarga sekarang sudah menjadi pasar, atau real estate).
  • Leluhur tinggal di lokasi yang sudah berubah nama.
  • Perlu menyusuri wilayah yang luas untuk menemukan lokasi leluhur. (misalnya semua makam desa harus diteliti satu persatu dalam wilayah satu kelurahan, kecamatan, bahkan satu kabupaten).

Langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan
  • Membentuk Panitia.
  • Menyewa tenaga ahli silsilah, tenaga ahli penyelidik, tenaga pewawancara.
  • Menentukan seberapa banyak data vertikal atau hingga berapa generasi? Misalnya kita ingin mengetahui silsilah keluarga hingga generasi ke-9 (kakek kakeknya kakek). Menentukan data horisontal hingga generasi keberapa? Kakek punya 6 orang anak, kita sebutkan semua anak cucu kakek dari 6 orang anak-anaknya. Kakek adalah anak ke-9 atau bungsu. Apakah perlu kita cari data semua anak cucu dari keluarga kakek? (8 keluarga kakak-kakaknya kakek)
  • Mengumpulkan data dengan cara mendatangi lokasi leluhur, wawancara, penelitian, pepustakaan, ke instansi terkait, terkadang bahkan harus ke negeri Belanda.
  • Mengolah data.
  • Menerbitkan buku silsilah keluarga.

Peristiwa Sejarah
Penting sekali untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah maupun peristiwa kejadian alam. Hal ini diperlukan untuk menentukan waktu kejadian. Banyak orang tua yang dijadikan sumber informasi lebih hafal akan peristiwa-peristiwa sejarah atau bencana alam dibandingkan untuk mengingat tahun-tahun kejadian, sehingga angka-angka tahun yang diberikanpun seringkali diragukan kebenarannya.

Misalnya seseorang lahir ketika kota Solo terendam banjir besar, maka tahun kejadiannya adalah tahun 1966. Ayahnya lahir waktu Jepang mulai masuk ke Indonesia, maka tahun kejadiannya adalah seputar tahun 1942. Kakeknya dahulu adalah seorang Abdi Dalem (pegawai keraton) sekitar tahun 1920-1945. Pegawai keraton yang sudah sangat tua yang lahir sekitar tahun 40-an masih dapat kita jadikan sumber informasi tentang kakek buyut kita. Selanjutnya untuk menelusuri Kakeknya Kakek kita yang hidup sekitar tahun 1800-an kita perlu mencari data-data dari sejarah keraton. Sangat sulit untuk menelusuri Leluhur yang bukan langsung keturunan Raja dalam 3-4 generasi (Cucu atau Cicit Raja).

Sumber: Raden Stefanus Teguh Santosa

Posting Komentar

0 Komentar